Friday, February 23, 2018

MENGUJI NYALI MENITI TEBING DOA PUNCAK TIMUR GUNUNG MANGLAYANG


Gunung Manglayang yang terletak di sebelah timur kota Bandung menawarkan pesona wisata yang patut untuk kita nikmati sensasinya. Selain bumi perkemahan Kiara Payung yang sudah sangat terkenal, gunung ini juga memiliki obyek wisata yang tidak kalah menarik seperti kawasan wana wisata Batukuda. Buper Batukuda ada dalam wilayah Perum Perhutani KPH Bandung utara BKPH Manglayang barat, berada di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
 
Puncak Prisma & puncak utama Manglayang


Di kawasan wanawisata Batukuda para wisatawan bisa melakukan beragam kegiatan outdoor seperti hiking, camping, dan bersepeda. Kawasan yang sejuk di tengah hutan pinus memungkinkan kita juga untuk membawa serta keluarga menikmati alam gunung Manglayang. Posisi Batukuda di ketinggian 1150 mdpl juga menjadi destinasi para goweser untuk mengunjunginya, jarak tempuh 6 km dari jl raya Cibiru dengan elevasi sekitar 400 m cukup menarik untuk ditaklukkan para goweser pecinta uphill. Para pencinta hiking dan mendaki gunung pun turut dimanjakan, beberapa jalur pendakian menuju puncak gunung Manglayang dengan beragam karakteristik jalur tersedia untuk memuaskan para penjelajah yang ingin menjejakkan kaki di salah satu titik tertinggi di timur Bandung ini.

Buper Batukuda

Secara umum pendakian menuju puncak Manglayang (1824 mdpl) bisa dilalui melalui 2 jalur, yaitu Batukuda di Cibiru Wetan dan Barubeureum yang terletak di sekitar Buper Kiarapayung Jatinangor, namun di luar itu para pendaki terkadang ada juga yang mencoba menggapai puncak Manglayang melalui Palintang, atau curug Cilengkrang. Di Batukuda sendiri sejatinya terdapat dua jalur menuju puncak, yaitu melalui jalur normal/ reguler dengan menyusuri punggungan di sebelah barat buper Batukuda namun pada kenyataannya banyak juga pendaki yang mencoba melalui jalur di sebelah timurnya yang dikenal dengan “jalur tebing doa”. Mengapa dinamakan Tebing Doa? karena di jalur tersebut kita harus melintasi tebing dengan kemiringan lebih dari 60˚ dan kanan kirinya diapit jurang yang cukup dalam, ketika melintasinya seketika muncul rasa takut akan terjatuh atau sebagainya sehingga kita tidak lepas berdoa sepanjang tebing ini, mengharap keselamatan.
 
Tebing doa


Sebenarnya jalur Tebing Doa bisa dilewati dengan aman apabila kita melengkapi diri dengan peralatan memanjat seperti kernmantel, harness, figure-8, dan carabiner, karena disana sebenarnya sudah tersedia anchor untuk menambatkan tali, dengan peralatan memanjat lengkap dan didampingi oleh teman yang sudah ahli dalam hal artificial climbing justru membuat pendakian melewati jalur ini menjadi mengasyikkan dan menawarkan sensasi tersendiri yang tidak akan didapatkan apabila kita melalui jalur reguler. Saya mendapatkan kesempatan yang sangat langka untuk bisa menggapai puncak Manglayang melalui Tebing Doa ini bersama beberapa teman dengan peralatan climbing standar dan dua teman yang sudah sangat faham teknik artifisial climbing.

Titik start buper Batukuda


Dari lokasi parkir Batukuda, jarak menuju Tebing Doa sekitar 1.5 km menanjak dengan elevasi sekitar 350 meter, lepas dari lokasi bumi perkemahan kondisi  jalur pendakian berubah menjadi ladang – ladang petani di kemiringan lereng, semakin ke atas ladang pun berganti menjadi semak ilalang dan pepohonan bambu, dan lembah di kiri kanan jalur mulai terlihat semakin dalam. Terlihat di kejauhan beberapa tenda berdiri di puncak bukit Papanggungan, salah satu spot  untuk menikmati sunrise menarik yang ada kawasan gunung Manglayang ini selain di spot puncak timur. Pemandangan yang tersaji di sepanjang jalur pendakian cukup membuat mata segar, hamparan pemandangan Bandung selatan terlihat jelas, di kiri kanan lembah yang dalam dipenuhi pepohonan lebat, mereka inilah yang akan selalu menjamin ketersediaan air di kawasan Bandung Timur dan sekitarnya. Setelah 1,5 jam perjalanan tibalah kami di spot Tebing Doa, jalur pendakian seperti buntu dan berakhir di sebuah tebing setinggi sekitar 10m, tegak berdiri dengan kemiringan lebih dari  60ยบ, namun sebenarnya di tebing pertama ini terdapat “chicken way”, yaitu jalur setapak di sebelah barat tebing yang langsung menuju puncak tebing.




Beberapa teman yang memang ingin mencoba mencicipi tebing ini segera mengeluarkan peralatan pemanjatan dan mempersiapkan diri untuk melakukan pemanjatan. Beruntung sudah ada beberapa anchor yang sudah dipasang oleh para pemanjat sebelumnya sehingga memudahkan teman – teman kami untuk memanjat tebing ini, ada 3 orang teman yang melewati tebing ini, sedangkan saya dan 5 orang teman lainnya memilih untuk melewati jalur di sebelah barat dan menunggu teman – teman yang tengah berupaya melewati tebing ini. Sambil menunggu saya melemparkan pandangan ke arah selatan, pemandangan semakin indah tersaji di sini, namun sayang tidak lama kemudian kabut datang menutupinya. Hampir 45 menit teman – kami menaikinya, dan pukul 12 kami semua sudah berada di atas tebing pertama, ini belum habis karena tebing kedua sudah menghadang, dan di sini sudah tidak ada lagi “chicken way” sehingga mau tidak mau kami semua harus menaiki tebing yang kedua ini.


Leader kami sedang melakukan persiapan pemanjatan




Tebing yang kedua ketinggiannya hampir sama namun tingkat kemiringan tidak seekstrem tebing pertama, hanya saja walau tidak semiring tebing pertama, tebing kedua ini hampir tidak memiliki tonjolan batu untuk pegangan atau pijakan, khususnya untuk kami yang sangat awam akan dunia climbing. Teman kami yang sudah faham teknik pemanjatan kemudian menjadi orang pertama yang menaiki tebing ini sekaligus memasang tali pengaman di sepanjang tebing, dan ternyata di tebing kedua inipun sudah terdapat anchor sehingga memudahkan untuk memasang tali.




Setelah semua terpasang sempurna dan aman, satu persatu kami menaiki tebing ini, dengan instruksi yang diberikan kami semua merayap, dan dengan peralatan yang selengkap ini memang mampu memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kami khususnya yang awam sehingga kami dengan percaya diri mampu melewati tebing kedua, memakan waktu satu jam untuk kami semua bisa melewati tebing kedua ini, setelah semua berada di atas perjalanan pun dilanjutkan. Uji nyalinya sudah berakhir di sini? Ternyata belum, selepas tebing kedua kami harus berjalan di jalur setapak menanjak selebar kurang dari 75cm, ditambah hamparan bebatuan lepas membuat kami gemetaran ketika melewatinya, di sisi kiri dan kanan jurang menganga dengan kedalaman lebih dari 100 m. dan akhirnya tepat pukul 13.30 akhirnya kami semua tiba di puncak timur gunung Manglayang atau yang dikenal juga dengan Puncak Prisma (1660 mdpl).





Di Puncak Prisma kami beristirahat sekaligus mengisi perut yang sejak tadi minta diisi, hampir 1 jam kami menghabiskan waktu di sini, dan tepat pukul 15.00 kami segera berkemas dan bersiap pulang dengan melalui jalur Batukuda, dan untuk mencapai jalur Batukuda kami terlebih dahulu harus mencapai puncak utama Manglayang (1824 mdpl). Satu persatu kami mulai meninggalkan puncak timur menuju puncak utama, dan mulai melangkah pelan meyusuri jalur menanjak curam, jarak dari puncak timur ke puncak utama sekitar 700 m dengan elevasi ±200 m. pukul 15.45 kami semua tiba di puncak Manglayang, beristirahat sejenak melemaskan otot. 


Foto keluarga di puncak prisma berlatar kabut

Tracklog & elevation profile

Hari mulai mendung, tak lama beristirahat kami segera beranjak turun menuju Batukuda, saya berada di posisi terdepan dan turun agak buru – buru berhubung saya ada rencana lain yang harus diselesaikan hari itu. Hanya berhenti sejenak untuk mengenakan jas hujan melanjutkan perjalanan turun sendirian, tepat pukul 17.00 saya tiba di buper Batukuda, segera membersihkan diri, menyantap makanan ringan sambil menunggu teman – teman yang lain. 20 menit berselang 2 orang teman sampai di Batukuda, saya segera pamit dan langsung meluncur ke Bandung yang semakin beranjak senja.


*foto-foto diambil dari koleksi team "Ayo Nanjak" Bandung


4 comments:

  1. Makasih kang...ngeri2 sedap hehe...

    ReplyDelete
  2. Ya allah.. jd inget dulu wkt lg badung2 nya tiap minggu naik gunung , kdg sendiri kdg berdua, tnp peralatsn dan bekal lengkap. Pas digunung manglayang naik cm berdua. Wkt itu tnp survey tnp cr info asal naik aja. Udah sampe puncak lewat jalur biasa trs pas turun nyasar ke tebing doa. Sampe tebing doa cm bengong ga bs lanjut coz ga bawa peralatan. Akhirnya balik lg pdhl udh sore dan mendung. Yg lbh parah tmnku wkt perjaksnan balik ke puncak pas mau lewatvtebing kedua, dia kyk jd gila, mau loncat ke jurang katanya biar cpt sampe. Waduh horor banget situasinya saat itu, nyasar, kondisi udah sore dan mendung, trs tmn udh jd stress .akhirnya ku gamparin tuh dia sampe sadar lagibtrs ku pandu selangkah demi selangkah sampe akhirnya samoe lg ke puncak.pdhl aku sendiri udh kemes dan gemeteran.sepanjsng jln cm fokus jaga mandu temen, fokus lht jln setapak sempit yg kiri kanan nya jurang dan full doa dan dzikir. Alhamdulillah selamat

    ReplyDelete