Gunung Manglayang yang terletak di sebelah timur kota
Bandung menawarkan pesona wisata yang patut untuk kita nikmati sensasinya.
Selain bumi perkemahan Kiara Payung yang sudah sangat terkenal, gunung ini juga
memiliki obyek wisata yang tidak kalah menarik seperti kawasan wana wisata Batukuda.
Buper Batukuda ada dalam wilayah Perum Perhutani KPH Bandung utara BKPH Manglayang
barat, berada di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Di kawasan wanawisata Batukuda para wisatawan bisa
melakukan beragam kegiatan outdoor
seperti hiking, camping, dan
bersepeda. Kawasan yang sejuk di tengah hutan pinus memungkinkan kita juga
untuk membawa serta keluarga menikmati alam gunung Manglayang. Posisi Batukuda
di ketinggian 1150 mdpl juga menjadi destinasi para goweser untuk
mengunjunginya, jarak tempuh 6 km dari jl raya Cibiru dengan elevasi sekitar
400 m cukup menarik untuk ditaklukkan para goweser pecinta uphill. Para pencinta hiking
dan mendaki gunung pun turut dimanjakan, beberapa jalur pendakian menuju puncak
gunung Manglayang dengan beragam karakteristik jalur tersedia untuk memuaskan
para penjelajah yang ingin menjejakkan kaki di salah satu titik tertinggi di
timur Bandung ini.
Buper Batukuda |
Secara umum pendakian menuju puncak Manglayang (1824
mdpl) bisa dilalui melalui 2 jalur, yaitu Batukuda di Cibiru Wetan dan Barubeureum
yang terletak di sekitar Buper Kiarapayung Jatinangor, namun di luar itu para
pendaki terkadang ada juga yang mencoba menggapai puncak Manglayang melalui Palintang,
atau curug Cilengkrang. Di Batukuda sendiri sejatinya terdapat dua jalur menuju
puncak, yaitu melalui jalur normal/ reguler dengan menyusuri punggungan di
sebelah barat buper Batukuda namun pada kenyataannya banyak juga pendaki yang
mencoba melalui jalur di sebelah timurnya yang dikenal dengan “jalur tebing doa”.
Mengapa dinamakan Tebing Doa? karena di jalur tersebut kita harus melintasi
tebing dengan kemiringan lebih dari 60˚ dan kanan kirinya diapit
jurang yang cukup dalam, ketika melintasinya seketika muncul rasa takut akan
terjatuh atau sebagainya sehingga kita tidak lepas berdoa sepanjang tebing ini,
mengharap keselamatan.
Sebenarnya jalur Tebing Doa bisa dilewati dengan aman
apabila kita melengkapi diri dengan peralatan memanjat seperti kernmantel, harness, figure-8, dan carabiner, karena disana sebenarnya
sudah tersedia anchor untuk menambatkan
tali, dengan peralatan memanjat lengkap dan didampingi oleh teman yang sudah
ahli dalam hal artificial climbing justru
membuat pendakian melewati jalur ini menjadi mengasyikkan dan menawarkan
sensasi tersendiri yang tidak akan didapatkan apabila kita melalui jalur
reguler. Saya mendapatkan kesempatan yang sangat langka untuk bisa menggapai
puncak Manglayang melalui Tebing Doa ini bersama beberapa teman dengan
peralatan climbing standar dan dua
teman yang sudah sangat faham teknik artifisial
climbing.
Dari lokasi parkir Batukuda, jarak menuju Tebing Doa sekitar
1.5 km menanjak dengan elevasi sekitar 350 meter, lepas dari lokasi bumi
perkemahan kondisi jalur pendakian
berubah menjadi ladang – ladang petani di kemiringan lereng, semakin ke atas
ladang pun berganti menjadi semak ilalang dan pepohonan bambu, dan lembah di
kiri kanan jalur mulai terlihat semakin dalam. Terlihat di kejauhan beberapa
tenda berdiri di puncak bukit Papanggungan, salah satu spot untuk menikmati sunrise menarik yang ada kawasan gunung Manglayang ini selain di
spot puncak timur. Pemandangan yang tersaji di sepanjang jalur pendakian cukup
membuat mata segar, hamparan pemandangan Bandung selatan terlihat jelas, di
kiri kanan lembah yang dalam dipenuhi pepohonan lebat, mereka inilah yang akan
selalu menjamin ketersediaan air di kawasan Bandung Timur dan sekitarnya. Setelah
1,5 jam perjalanan tibalah kami di spot Tebing Doa, jalur pendakian seperti
buntu dan berakhir di sebuah tebing setinggi sekitar 10m, tegak berdiri dengan
kemiringan lebih dari 60ยบ, namun sebenarnya di tebing
pertama ini terdapat “chicken way”,
yaitu jalur setapak di sebelah barat tebing yang langsung menuju puncak tebing.
Beberapa teman yang memang ingin mencoba mencicipi
tebing ini segera mengeluarkan peralatan pemanjatan dan mempersiapkan diri
untuk melakukan pemanjatan. Beruntung sudah ada beberapa anchor yang sudah dipasang oleh para pemanjat sebelumnya sehingga
memudahkan teman – teman kami untuk memanjat tebing ini, ada 3 orang teman yang
melewati tebing ini, sedangkan saya dan 5 orang teman lainnya memilih untuk
melewati jalur di sebelah barat dan menunggu teman – teman yang tengah berupaya
melewati tebing ini. Sambil menunggu saya melemparkan pandangan ke arah
selatan, pemandangan semakin indah tersaji di sini, namun sayang tidak lama
kemudian kabut datang menutupinya. Hampir 45 menit teman – kami menaikinya, dan
pukul 12 kami semua sudah berada di atas tebing pertama, ini belum habis karena
tebing kedua sudah menghadang, dan di sini sudah tidak ada lagi “chicken way” sehingga mau tidak mau
kami semua harus menaiki tebing yang kedua ini.
Leader kami sedang melakukan persiapan pemanjatan |
Tebing yang kedua ketinggiannya hampir sama namun
tingkat kemiringan tidak seekstrem tebing pertama, hanya saja walau tidak
semiring tebing pertama, tebing kedua ini hampir tidak memiliki tonjolan batu
untuk pegangan atau pijakan, khususnya untuk kami yang sangat awam akan dunia climbing. Teman kami yang sudah faham
teknik pemanjatan kemudian menjadi orang pertama yang menaiki tebing ini
sekaligus memasang tali pengaman di sepanjang tebing, dan ternyata di tebing
kedua inipun sudah terdapat anchor
sehingga memudahkan untuk memasang tali.
Setelah semua terpasang sempurna dan aman, satu
persatu kami menaiki tebing ini, dengan instruksi yang diberikan kami semua
merayap, dan dengan peralatan yang selengkap ini memang mampu memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi kami khususnya yang awam sehingga kami dengan
percaya diri mampu melewati tebing kedua, memakan waktu satu jam untuk kami
semua bisa melewati tebing kedua ini, setelah semua berada di atas perjalanan
pun dilanjutkan. Uji nyalinya sudah berakhir di sini? Ternyata belum, selepas
tebing kedua kami harus berjalan di jalur setapak menanjak selebar kurang dari
75cm, ditambah hamparan bebatuan lepas membuat kami gemetaran ketika
melewatinya, di sisi kiri dan kanan jurang menganga dengan kedalaman lebih dari
100 m. dan akhirnya tepat pukul 13.30 akhirnya kami semua tiba di puncak timur
gunung Manglayang atau yang dikenal juga dengan Puncak Prisma (1660 mdpl).
Di Puncak Prisma kami beristirahat sekaligus mengisi
perut yang sejak tadi minta diisi, hampir 1 jam kami menghabiskan waktu di
sini, dan tepat pukul 15.00 kami segera berkemas dan bersiap pulang dengan melalui
jalur Batukuda, dan untuk mencapai jalur Batukuda kami terlebih dahulu harus mencapai
puncak utama Manglayang (1824 mdpl). Satu persatu kami mulai meninggalkan
puncak timur menuju puncak utama, dan mulai melangkah pelan meyusuri jalur menanjak
curam, jarak dari puncak timur ke puncak utama
sekitar 700 m dengan elevasi ±200 m. pukul 15.45 kami semua tiba di puncak Manglayang,
beristirahat sejenak melemaskan otot.
Hari mulai mendung, tak lama beristirahat kami segera beranjak turun menuju Batukuda, saya berada di posisi terdepan dan turun agak buru – buru berhubung saya ada rencana lain yang harus diselesaikan hari itu. Hanya berhenti sejenak untuk mengenakan jas hujan melanjutkan perjalanan turun sendirian, tepat pukul 17.00 saya tiba di buper Batukuda, segera membersihkan diri, menyantap makanan ringan sambil menunggu teman – teman yang lain. 20 menit berselang 2 orang teman sampai di Batukuda, saya segera pamit dan langsung meluncur ke Bandung yang semakin beranjak senja.
Foto keluarga di puncak prisma berlatar kabut |
Tracklog & elevation profile
|
Hari mulai mendung, tak lama beristirahat kami segera beranjak turun menuju Batukuda, saya berada di posisi terdepan dan turun agak buru – buru berhubung saya ada rencana lain yang harus diselesaikan hari itu. Hanya berhenti sejenak untuk mengenakan jas hujan melanjutkan perjalanan turun sendirian, tepat pukul 17.00 saya tiba di buper Batukuda, segera membersihkan diri, menyantap makanan ringan sambil menunggu teman – teman yang lain. 20 menit berselang 2 orang teman sampai di Batukuda, saya segera pamit dan langsung meluncur ke Bandung yang semakin beranjak senja.
Keren nih Om ..
ReplyDeleteKeren nih Om ..
ReplyDeleteMakasih kang...ngeri2 sedap hehe...
ReplyDeleteYa allah.. jd inget dulu wkt lg badung2 nya tiap minggu naik gunung , kdg sendiri kdg berdua, tnp peralatsn dan bekal lengkap. Pas digunung manglayang naik cm berdua. Wkt itu tnp survey tnp cr info asal naik aja. Udah sampe puncak lewat jalur biasa trs pas turun nyasar ke tebing doa. Sampe tebing doa cm bengong ga bs lanjut coz ga bawa peralatan. Akhirnya balik lg pdhl udh sore dan mendung. Yg lbh parah tmnku wkt perjaksnan balik ke puncak pas mau lewatvtebing kedua, dia kyk jd gila, mau loncat ke jurang katanya biar cpt sampe. Waduh horor banget situasinya saat itu, nyasar, kondisi udah sore dan mendung, trs tmn udh jd stress .akhirnya ku gamparin tuh dia sampe sadar lagibtrs ku pandu selangkah demi selangkah sampe akhirnya samoe lg ke puncak.pdhl aku sendiri udh kemes dan gemeteran.sepanjsng jln cm fokus jaga mandu temen, fokus lht jln setapak sempit yg kiri kanan nya jurang dan full doa dan dzikir. Alhamdulillah selamat
ReplyDelete