Saturday, March 4, 2017

MENGAGUMI KEMEGAHAN CURUG CIPARAY DI KAKI GUNUNG GALUNGGUNG

Destinasi gowes saya berikutnya di Tasikmalaya adalah Curug Ciparay, terletak di lereng barat gunung Galunggung, tepatnya di kampung Parentas desa Cidugaleun kecamatan Cigalontang kabupaten Tasikmalaya, berjarak sekitar 15 km dari ibu kota Tasikmalaya, Singaparna. Lokasi wanawisata air terjun kembar ini berada di ketinggian 860 mdpl, masuk ke dalam wilayah BKPH Singaparna dan KPH Tasikmalaya. Curug pertama memiliki debit air sangat besar sedang curug yang satu lagi memiliki debit tidak begitu besar sehingga kita bisa mendekat hingga ke kolam penampungan airnya. 

Curug Ciparay

Awal Desember 2016 trip ini direalisasikan. Pukul 08 pagi sepeda mulai meluncur  menuju alun – alun Singaparna, seperti pada gowes sebelumnya, tidak banyak pesepeda yang saya temui, jauh berbeda dengan di Bandung yang selalu ramai oleh para pesepeda di setiap Minggu pagi. Dari alun alun sepeda diarahkan ke utara menuju jalan Leuwisari, masih juga tidak banyak ditemui para goweser, padahal menurut info yang saya dapat biasanya hari Minggu banyak yang gowes ke Curug Ciparay. 

Matahari tidak begitu terik pagi itu membuat kayuhan menjadi bersemangat. Lepas dari Leuwisari menuju desa Sariwangi masih belum ditemui tanjakan - tanjakan yang dapat membuat lutut goyah, hanya beberapa tanjakan landai yang masih bisa dilalui dengan mulus. 8 km lepas dari Singaparna barulah saya menemui tanjakan yang akhirnya mampu membuat nafas tersengal dan keringat bercucuran, ini ternyata adalah tanjakan pembuka sebelum akhirnya saya dipaksa untuk melahap tanjakan – tanjakan berikutnya yang lebih kejam. 2 km lepas dari tanjakan tadi saya tiba di jembatan Cidugaleun sepanjang ±100 m dengan sungai yang berair cukup deras di bawahnya, sungai ini berasal dari Curug Ciparay, saya semakin penasaran sebesar apakah Curug Ciparay, melihat derasnya air di sungai ini.




Tanjakan menyambut selepas jembatan Cidugaleun

Jembatan Cidugaleun berlatar gn. Galunggung

Sejenak saya beristirahat dan berfoto – foto, dengan latar gunung Galunggung membuat pemandangan di sekitar jembatan menjadi eksotis. Sambil mengumpulkan tenaga karena di depan sudah menghadang satu tanjakan lagi yang kelihatannya cukup panjang. Pedal kembali dikayuh, sejenak melihat peta di handphone, ternyata cukup panjang juga jalan menanjak ini, hampir 1,8 km dengan elevasi sekitar 85 m. Ternyata desa Cidugaleun ( ±680 mdpl) adalah akhir dari jalan ber-hotmix mulus, berikutnya ban sepeda harus menginjak jalan yang sebagian besar kondisinya sudah hancur. Komplit sudah, dengan stamina yang sudah menurun dihadapkan pada jalan menanjak sekaligus rusak. Gowes semakin melambat, ritme kayuhan dan handling sepeda diatur sedemikian rupa supaya sepeda tetap melaju. Jarak 900 m ditempuh hampir 15 menit, saya tiba di sebuah jembatan lagi, di atasnya terdapat spanduk besar bertuliskan “WANA WISATA CURUG CIPARAY 3 KM”. Tanjakan curam menanti di hadapan, susah payah sepeda dikayuh melewatinya. Sejenak saya berhenti mengatur nafas dan melemaskan otot kaki yang mulai keram. Sepeda saya tuntun sejenak menuju jalan yang agak datar, kondisi jalan sedikit membaik, perlahan sepeda kembali melaju dan saya memutuskan untuk berhenti di sebuah warung. Menurut pemilik warung, kampung tempat saya istirahat ini bernama kampung Pasir Pari, berada di ketinggian ±831 mdpl. Berarti dari jembatan tadi saya gowes dengan elevasi sekitar 142 m dan jarak 1,9 km namun memakan waktu hingga 45 menit. Dari sini ke lokasi curug sekitar 1,8 km lagi, dan dari gerbang tiket menuju titik air terjun kita harus menuruni jalan setapak sejauh sekitar 450 m. 






Berlatar gn. Karacak tertutup awan

Pukul 11.15 saya kembali melanjutkan perjalanan, selepas warung saya mendapatkan bonus jalan mendatar cenderung menurun. Di sebelah utara menjulang gunung Galunggung, sedang di hadapan saya gunung Karacak sedikit tertutup kabut. Jalan menurun ini mengantarkan saya menuju satu jembatan lagi, dari sini jalan sudah sepenuhnya hancur, jalan makadam menanjak harus ditempuh untuk sampai ke lokasi curug. Dengan terengah engah dan beberapa kali beristirahat akhirnya pada pukul 11.45 sampailah saya di lokasi wanawisata Curug Ciparay. Di bawah sana terlihat dua curug kembar dengan debit air cukup besar, setelah membayar tiket seharga Rp. 5.000,- sepeda saya bawa masuk dan dititipkan di warung, karena dengan kondisi jalan setapak menurun ditambah stamina yang sudah melemah tidak memungkinkan saya untuk membawa sepeda mendekati lokasi curug. Posisi warung – warung  berada di ±860m, berada di atas lembah dengan view menghadap ke sisi barat gunung Galunggung, posisinya seperti diapit oleh gunung Galunggung dan gunung Karacak. Jalan makadam ini kabarnya tembus ke daerah Wanaraja kab. Garut, dan kampung terdekat dari curug ini adalah kampung Parentas, lain waktu rasanya ingin mencoba gowes ke kampung Parentas dan pulang ke arah Garut.






Curug Ciparay berlatar gn. Galunggung


Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Curug Ciparay (±778 mdpl), meskipun tenaga sudah hampir habis, tapi rasa penasaran untuk melihat lebih dekat Curug Ciparay membuat saya kembali bersemangat. Dan pukul 12.20 sampailah saya di mulut air terjun , dua curug besar menyambut dengan hempasan angin bercampur titik titik air menerpa tubuh, debit air sangat besar yang jatuh inilah yang menyebabkan angin tersebut. Di tengah keajaiban alam ini, saya merasa sangat kecil, hanya rasa takjub meliputi saat menyaksikan kemegahan Curug Ciparay, pesona curug kembar yang memiliki ketinggian 75m dan 55 m ini membuat saya tidak mampu berkata apa – apa lagi. 












Kolaborasi dua hobi hehehe....

Hanya sekitar 10 menit berada di lokasi curug, saya harus segera kembali ke atas mengingat perjalanan pulang yang masih harus ditempuh, ditambah kondisi fisik yang sudah melemah, pasti akan membuat perjalanan pulang akan sama menyiksanya. Tertatih saya menuju ke warung tempat sepeda dititipkan, beberapa kali berhenti menarik nafas dan melenturkan otot kaki yang nyaris keram. Setibanya di warung segera saya menyantap makanan ringan untuk mengganjal perut dan mengisi kembali tenaga untuk saya pulang. Dan tepat pukul 13.15 saya meninggalkan Curug Ciparay, sepeda kembali menyusuri jalan makadam bersambung jalan hotmix mulus, menikmati turunan  - turunan panjang hingga ke kota Singaparna.