Gunung Lalakon yang terletak di kampung Jelegong desa Badaraksa kecamatan Kutawaringin ini belakangan ramai diperbincangkan setelah muncul dugaan bahwa gunung ini adalah sebuah bangunan piramid, sejak saat itu pula semakin banyak orang - orang yang datang mengunjungi gunung ini, didorong oleh rasa penasaran setelah mendengar cerita - cerita tadi. Tiba-tiba saja terbersit dalam benak saya, kalau orang-orang selama ini bisa mendaki gunung itu sampai ke puncaknya berarti setidaknya terdapat jalan atau singel trek menuju ke sana, kalau ada singel trek disana berarti kemungkinan besar jalur tersebut bisa dilalui juga oleh sepeda MTB. Setelah berunding dengan beberapa teman saya bersama beberapa teman memutuskan untuk mencoba menggapai puncak Gunung Lalakon dengan bersepeda MTB, sekaligus untuk memperkaya khasanah jalur-jalur bersepeda di Bandung Selatan khususnya yang berkategori XC.
gn Lalakon, the pyramid
gn Lalakon tampak di kejauhan
Setelah beberapa waktu tertunda akhirnya belum lama ini kami mencoba bersepeda ke Gunung Lalakon. Tujuan pertama adalah kampung Jelegong desa Badaraksa kecamatan Kutawaringin sebagai starting point kami. Dari jalan raya Soreang-Cipatik kami berbelok masuk ke jalan kecil menanjak mengarah ke selatan sambil bertanya apakah benar ini jalur menuju puncak Gunung Lalakon. Kebanyakan orang yang kami temui dan kami tanya sambil mengiyakan terlihat keheranan melihat kami membawa sepeda dan berniat mendaki ke puncak Gunung Lalakon, bahkan ada beberapa orang yang terlihat menganggap hal yang kami lakukan mengada-ada, bersepeda sampai ke puncak Gunung Lalakon. Tapi kami tetap berkeyakinan pada tujuan awal kami untuk bersepeda kesana, kami tetap memutuskan untuk mencoba mendakinya, dan kami pun pergi meninggalkan kampung Jelegong menuju ladang-ladang penduduk di belakang kampung dengan diiringi tatapan heran para penduduknya.
titik awal trek gn Lalakon di desa Badaraksa
Sampai di ujung gang, perbatasan antara perkampungan dengan ladang penduduk kami langsung berhadapan dengan tanjakan tangga, tidak ada jalan lain kami harus mengangkat sepeda masing-masing melewatinya.
Selepas tanjakan tangga tersebut barulah tampak singel trek, namun ternyata hampir di sebagian besar singel trek sepeda tidak bisa dinaiki karena sempitnya jalur yang kami lalui, di samping kiri atau kanan kami berselang-seling antara jurang dan semak belukar di antara ladang-ladang penduduk. Perjalanan terasa sangat lambat, menapaki jalur menanjak sambil menuntun sepeda lumayan menguras tenaga, beruntung saat itu udara sangat bersahabat, matahari tertutup awan, angin bertiup sepoi-sepoi, udara cukup sejuk selama perjalanan. Sepanjang perjalanan menuju punggungan bukit hampir 70% sepeda tidak bisa dinaiki, kami harus menuntunnya. Sampai di punggungan bukit kami bertanya pada petani yang sedang berladang disana, kemana jalur menuju puncak. Beliau menunjuk ke arah barat, mengarah ke sebuah punggungan lagi.
Berlatar puncak gn Lalakon
Wow..!!! berarti tadi dari titik start, jalur yang dilalui ternyata sedikit memutar, dari sisi timur perjalanan mengarah ke selatan dan berakhir di punggungan ini. Posisi kami sekarang berada di sisi selatan Gunung Lalakon. Kami kembali harus menyusuri singel trek di sepanjang punggungan menuju ke arah barat. Walaupun jalur yang kami lalui masih saja menanjak, tapi tanjakan yang tidak terlalu curam memungkinkan kami menaiki sepeda masing-masing, walaupun semak yang semakin rimbun cukup menghambat laju sepeda kami, juga jurang di samping kami membuat kami harus meningkatkan konsentrasi dan ekstra hati-hati melaluinya.
Setelah bersusah payah menapaki jalur ini sampailah kami di ujung punggungan di sisi barat. Pemandangan di arah barat kami adalah daerah Cihampelas, Rongga, dan sekitarnya di kabupaten Bandung Barat yang di kejauhan terlihat berbatasan dengan Danau Saguling. Sawah menguning di sekitarnya, di sebelah selatan kami terdapat bukit bekas galian batu, dan terdapat jalur makadam disana, kelihatan jalur tersebut dulunya mungkin dipakai untuk mengangkut batu-batu untuk diangkut menuju desa Situwangi di kaki bukitnya. Meskipun sudah tidak dipakai tapi jalur tersebut masih kelihatan, berkelok-kelok dari desa Situwangi menanjak sampai ke puncaknya. Lain kali kami harus mencoba bersepeda di jalur itu, akan sangat menantang bersepeda menaklukkan tanjakannya hingga puncak dan kemudian menuruninya.
Pemandangan dari sisi barat gn Lalakon
Posisi kami saat ini adalah di sebuah persimpangan, ke utara menanjak ke arah puncak Gunung Lalakon, ke arah barat berarti menuju jalur galian batu, dan ke arah timur adalah jalur kami naik. Setelah berunding, kami memutuskan untuk naik dulu ke puncak dan kemudian pulang melalui jalur galian batu menuju desa Situwangi kecamatan Cihampelas Bandung Barat. Kami kembali menanjak sambil menuntun sepeda karena jalur yang ada tidak mungkin untuk dinaiki, sambil menghibur diri membayangkan nikmatnya saat menaiki sepeda menuruninya. Setelah sekitar 10 menit kami berjalan, kami memutuskan untuk menyimpan sepeda kami di sebuah lahan yang agak datar dan luas, sekitar 15 meter lagi menuju menara kembar di puncak Gunung Lalakon, dengan pertimbangan terbatasnya waktu, mengingat kami start dari kampung Jelegong sekitar pukul 13 wib dan menargetkan pada pukul 16 wib harus sudah sampai di daerah Cantilan.
Summit attack !!
Summit attack !!
Berpose di puncak gn Lalakon
Berpose di menara kembar puncak gn Lalakon
melepas lelah di puncak gn Lalakon
Pemandangan kota Soreang dan sekitarnya dilihat dari puncak gn Lalakon
Sepeda kemudian kami simpan dan kami lanjutkan berjalan menuju puncak. Jalur yang kami lalui berbelok kemudian mengarah ke timur, dari sini terlihatlah menara kembar puncak Gunung Lalakon semakin dekat, dan tidak lama kemudian sampailah kami di puncak Gunung Lalakon. Pemandangan yang tersaji sungguh sangat indah. Di arah selatan dan barat hamparan persawahan yang pada saat itu sedang menguning berpadu dengan hijaunya perbukitan, di kejauhan pemukiman di daerah Cihampelas, Rongga dan Cililin berbatasan langsung dengan Danau Saguling. Di arah utara permukiman, persawahan berselingan dengan pemukiman, diantara bukit-bukit yang sudah nyaris tidak berbentuk lagi, sebagian besar sudah habis ditambang batu dan pasirnya. Sangat disayangkan udara saat itu agak berawan, kalau cuaca cerah dan langit bersih dapat dipastikan pemandangan yang tersaji akan lebih indah dari saat ini.
Tak lama kami menikmati pemandangan di puncak Gunung Lalakon, kami segera turun menuju tempat sepeda kami disimpan dan bersiap menuruni jalurnya. Pasti sangat menyenangkan. Dan mulailah masing-masing sepeda meluncur menuruni jalur Gunung Lalakon, berbelok ke arah barat menuju jalur galian batu desa Situwangi. Benar saja, kami mendapat imbalan yang sepadan setelah bersusah payah mendorong sepeda dari kampung Jelegong sampai ke puncak. Jalur berupa tanah sedikit berbatu cadas diselingi rerumputan menurun berkelok-kelok benar-benar kami nikmati, walaupun di beberapa tempat jalurnya sedikit berpasir membuat sepeda kami sedikit hilang kendali, namun kami tetap bisa memacu sepeda kami sampai di galian batu desa Situwangi kecamatan Cihampelas kabupaten Bandung Barat.
Turunan mantap !!!
Dari ujung singel trek kami mengambil jalur menurun menuju jalur truk biasa mengangkut hasil galian, kebetulan saat itu hari Minggu sehingga tidak ada aktifitas di sekitar galian ini. Kami kembali memacu sepeda, melompati beberapa dropoff / gundukan sampai akhirnya sampailah kami di jalan raya desa Situwangi, yang berarti inilah akhir jalur offroad Gunung Lalakon.
Galian batu desa Situwangi, titik finish trek gn Lalakon
Dari jalan raya desa Situwangi kami melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju Cipatik dan perjalanan pun kami akhiri di sebuah rumah makan di daerah Cantilan.
Jalan desa Situwangi-Cipatik
Istirahat dan makan siang (meskipun sudah agak terlambat dari jam makan siang seharusnya), memulihkan stamina sebelum gowes lagi menuju rumah masing-masing.
No comments:
Post a Comment