Membaca judul di atas tampak
sekilas seperti iklan sebuah trip wisata, namun sedikit uraian berikut akan
menjelaskan mengapa saya memakai istilah tersebut untuk judul artikel ini.
Kawah Galunggung yang berada di barat kota Tasikmalaya saat ini sudah menjadi
salah satu destinasi wisata andalan, pesona alam kawah Galunggung, air terjun,
dan pemandian air panas selalu ramai dikunjungi wisatawan. Begitupun bagi
pencinta gowes, kawasan wisata Galunggung menawarkan sensasi bersepeda yang
bisa memuaskan hasrat para goweser, baik untuk para goweser pencinta uphill/ tanjakan maupun para goweser
pencinta turunan dan penggemar downhill.
Bagi pencinta bike-camping/ Gemboler
disini juga sudah tersedia beberapa spot camping
ground yang dapat digunakan untuk bermalam. Bukan hanya di bagian atas/
kaldera, para goweser juga bisa menikmati sajian wisata di kawasan Cipanas Galunggung
yang menawarkan kolam – kolam pemandian maupun kamar rendam air panas alami untuk
merelaksasi otot yang tegang setelah mengayuh sepeda. Selain itu juga warung –
warung yang berada di sekitar kolam banyak menawarkan kudapan, dari mulai
gorengan sampai liwet dan nasi timbel yang patut dicoba. Oleh karena itulah
saya rasa tidak berlebihan apabila saya menyebut gowes ke kawasan ini dengan
istilah trip gowes paket lengkap.
Kawasan wisata kawah Galunggung berada
di ketinggian ± 1150 mdpl, sedangkan parkir atas/ tangga menuju kaldera sebagai
titik finish para goweser berada di
ketinggian ±1070 mdpl. kota Tasikmalaya sendiri berada di ketinggian ±400 mdpl,
dengan elevasi ±700 m dapat dipastikan jalur obyek wisata Galunggung menjadi
surga bagi para goweser pencinta uphill.
Tidak hanya itu, di sana juga sudah tersedia jalur Downhill yang cukup menarik dengan beberapa obstacle yang sangat menantang untuk ditaklukkan. Jalur downhill sepanjang kira - kira
1,2 km ini bisa juga digunakan untuk para goweser dengan sepeda standar XC karena
di beberapa obstacle sudah diberi “chicken way” sehingga yang tidak ingin
melewati rintangan yang dibuat untuk para goweser DH bisa menggunakan chicken way yang berada di sampingnya.
Saya berkesempatan untuk gowes mencicipi
jalur Galunggung ini dengan naik memakai jalur normal dan turun menggunakan
jalur DH hingga ujungnya di gerbang 2. Jarak dari kediaman saya di Singaparna sekitar
15.7 km hingga ke parkiran atas. Saya berangkat bersama teman yang sengaja
gowes dari Bandung ke Tasikmalaya untuk liburan tahun baru. Tepat pukul 08.00
kami mulai mengayuh pedal menyusuri jalan ber-hotmix mulus menuju Tawang Banteng, di sepanjang jalan sawah
terhampar luas sehingga membuat gowes menjadi lebih mengasyikkan. Tak lama
kemudian kami tiba di pertigaan Sukaratu – Cipanas, lalu lintas terasa ramai,
sebagian besar tampaknya mengarah ke obyek wisata Galunggung. Pukul 08.20 kami
tiba di perempatan jalan raya Mangin – Cipanas, di sini banyak goweser yang
tengah beristirahat sebelum memasuki jalur menanjak menuju Galunggung.
Lepas dari perempatan Mangin jalan mulai
menanjak sedang tapi cukup membuat napas ngos – ngosan ternyata, dan 2.5 km kemudian
barulah kami bertemu tanjakan yang membuat napas semakin terengah – engah dan
keringat bercucuran. Akhirnya pukul 08.35 kami sampai juga di gerbang 1 Galunggung/
gerbang Cipanas (±733 mdpl). Berarti kami sudah menempuh jarak sekitar 9.5 km,
di sini sudah terdapat banyak goweser tiba lebih dulu. Kendaraan roda 2 maupun
roda 4 semakin banyak berdatangan karena hari itu adalah hari terakhir di tahun
2017 yang bertepatan juga dengan libur panjang akhir tahun dan tahun baru.
Saya dan teman bergabung dengan 2 orang
goweser dari kota Tasikmalaya, sehingga kami melanjutkan trip ini berempat. Di
hadapan sudah menanti tanjakan curam, pukul 09.25 sepeda mulai bergerak menuju
tanjakan pertama, ternyata memang berat tanjakan ini, berbelok kemudian masih
disusul tanjakan berikutnya, meskipun tidak securam tanjakan pertama tapi
tenaga sudah kadung terkuras di tanjakan sebelumnya. Hampir 15 menit kami
berjibaku melahap tanjakan sepanjang hampir 500 m ini. Masih ada tanjakan -
tanjakan lagi untuk mencapai gerbang 2 (±921 mdpl), kami istirahat sejenak
untuk mengatur napas dan melemaskan otot kaki.
Pedal kembali dikayuh, masih ada sekitar
1,2 km lagi untuk mencapai gerbang 2. Gowesan semakin terasa berat, akhirnya
pukul 10.05 kami tiba di gerbang 2, disini kami bertemu dengan para goweser DH
yang akan mencicipi jalur DH Galunggung. Sambil beristirahat kami berfoto –
foto sejenak di plang “Galunggung” yang tepat berada di pertigaan menuju parkir
barat dan parkir timur kaldera Galunggung. Masih ada sekitar 1 km lagi untuk
menuju titik finish di parkiran atas/
tangga kaldera.
Kembali sepedah melaju di jalanan
menanjak, kayuhan semakin terasa berat saja, saya 3 kali berhenti beristirahat
untuk melewati 2 tanjakan terakhir ini, teman saya sudah lebih dahulu finish dan setelah berjuang hampir 50
menit akhirnya pukul 11 tiba juga di parkiran atas (±1070 mdpl). Kami
beristirahat sambil menikmati pemandangan sekitar yang sangat memanjakan mata, ditemani
teh manis dan beberapa potong gorengan.
Setelah puas beristirahat kami beranjak menuju sebelah timur parkiran. Single track bertipikal pasir sudah menanti, pasti akan sangat menyulitkan untuk mengendalikan sepeda, khususnya saya yang terbiasa bersepeda offroad di jalur bertipikal tanah. Beberapa goweser downhill sudah lebih dahulu meluncur, saya yang memakai sepeda XC dan “buta jalur” sama sekali hanya bermodal nekad berusaha untuk mengendalikan sepeda di jalur berpasir yang sangat licin itu. Beberapa obstacle drop off rendah dari tumpukan karung lancar terlewati, namun ketika harus berhadapan dengan jembatan bambu dengan drop off lebih dari 1m saya memilih untuk TTB melewatinya. Ada beberapa obstacle jembatan bambu seperti ini dengan ketinggian drop off bervariasi. Semakin ke bawah pasir licin semakin berkurang membuat saya semakin nyaman melewatinya. Namun naas di ujung jalur akibat “buta jalur” tadi saya tidak mengantisipasi sebuah drop off gundukan karung yang ternyata di baliknya terdapat parit selebar 50cm lebih, kadung kaget saya menekan rem dan akhirnya saya terjungkal karena roda depan nyangkut di ujung parit, sayang sekali setelah lulus melewati hampir keseluruhan jalur DH ini, saya harus menyerah di ujung yang hanya berjarak 15 m saja dari titik finish.
Beruntung saya tidak mendapat cedera
berarti, hanya kaki lecet terhantam pedal dan muka sedikit perih akibat mencium
jalur berpasir. Sejenak saya beristirahat sambil menenangkan diri. Akhirnya
pada pukul 13.20 setelah berpamitan dengan teman – teman goweser DH, kami semua
meluncur meninggalkan gerbang 2 menuju plang “Galunggung” di dekat gerbang 1
untuk berfoto sekedar untuk kenang – kenangan.
Setelah puas berfoto sepeda kembali meluncur menuju kota Tasikmalaya.
Elevation profile dan tracklog |
Dimuat di HU Pikiran Rakyat edisi Minggu 11 Maret 2018 |