Sunday, June 14, 2015

CIJAPATI, JALUR GOWES MENANTANG DI UJUNG BANDUNG


Setelah sekian lama menyusuri jalur – jalur bersepeda di kawasan selatan Bandung, mulai dari ujung barat yang diawali trek Cantilan terus bergerak ke timur dan akhirnya sampai juga saya di ujung timur, yaitu di trek uphill Cijapati. Jalur ini berada di kecamatan Cikancung dengan titik start berada di jalan raya Majalaya - Cicalengka dan ujungnya berada di kecamatan Kadungora kabupaten Garut dengan jarak sekitar 25 km. Jalur ini adalah juga jalur alternatif kendaraan roda 4 terutama ketika jalur utama Nagreg mengalami kemacetan. Titik tertinggi dari jalur ini berada di ketinggian ±1164 mdpl, berelevasi sekitar 475 m dihitung dari titik start-nya di 690 mdpl, dengan jarak sekitar 10 km cukup menantang bagi para goweser uphiller

Dari kota Bandung jalur menuju Cijapati bisa melalui jalan raya Sapan-Majalaya atau jalan kontrol sungai Citarik sampai Solokan Jeruk, dilanjutkan ke jalan raya Majalaya – Cicalengka. Setelah sekitar 5 km kita melaju ke arah Cicalengka kita akan menjumpai sebuah pertigaan mengarah ke selatan tepat di depan sebuah SPBU, itulah jalan menuju Cijapati, di sini juga adalah titik start jalur uphill Cijapati, dengan ciri yang paling khas adalah sebuah plang bertuliskan “Cijapati 8 km, Kadungora 28 km”. Lumayan informatif juga, jadi kita bisa memperkirakan dan merencakan rute yang akan kita tuju disesuaikan dengan waktu dan fisik kita dengan berpedoman pada patokan jarak tempuh tersebut.




Suatu Minggu pagi yang cukup sejuk di awal bulan Desember saya berkesempatan untuk gowes mencicipi jalur Cijapati. Setelah pertigaan SPBU, jalan desa Ciluluk yang lurus dan mendatar menyambut saya, di hadapan sudah terlihat perbukitan menghadang. Jalan – jalan menanjak membelah perbukitan itulah yang akan membawa sepeda ini menuju titik finish di Cijapati. Putaran pedal sepeda sedikit dipercepat/ cadence guna membuat tubuh kita memanas dan otot – otot kaki lebih siap untuk menyongsong tanjakan – tanjakan di depan. 2 km melaju, saya tiba di sebuah persimpangan, di sini bisa dikatakan sebagai awal jalan menanjak yang akan saya hadapi. Tanjakan yang saya hadapi ini tidak begitu curam, dan memang di sepanjang jalur uphill Cijapati ini nyaris tidak ditemui tanjakan – tanjakan curam seperti di jalur bersepeda  sekitar Bandung timur, namun meskipun landai tanjakan di sini nyaris tanpa jeda, sehingga tetap saja menghadapinya bisa membuat lutut goyah dan keringat mengucur deras. 

30 menit lepas dari pertigaan Cicalengka – Majalaya, saya bertemu dengan sebuah plang bertuliskan “Cijapati 3 km, Kadungora 25 km” berarti saya sudah mengayuh pedal sekitar 5 km, lumayan. Dari sini jalan masih terlihat menanjak, 3 km yang masih akan menyiksa kelihatannya. Sedikit beristirahat di sini dan pedalpun kembali dikayuh, target untuk kembali ke rumah sebelum tengah hari membuat waktu istirahat menjadi sedikit. Pukul 10 sampailah saya di Cijapati, saya beristirahat sejenak di sebuah mesjid besar, ketinggian di tempat ini sudah mencapai ±1100 mdpl, tapi masih ada tanjakan di depan, tanjakan itu akan mengantarkan saya ke titik tertinggi jalur ini. Meskipun saat itu adalah hari Minggu, tidak begitu banyak terlihat goweser melewati jalur Cijapati ini, hanya sesekali saja terlihat goweser yang sedang menanjak ataupun tengah menikmati turunan menuju Ciluluk, berbeda sekali dengan jalur – jalur bersepeda di kawasan Bandung utara yang selalu ramai oleh para goweser.




5 menit saya beristirahat sepeda kembali melaju, di hadapan tanjakan sudah menanti untuk ditaklukkan, ini adalah tanjakan terakhir untuk menuju titik tertinggi di jalur uphill Cijapati (±1164 mdpl), tak sampai 10 menit sampailah saya di ujung tanjakan, dan langsung disuguhi pemandangan indah. Di hadapan saya berdiri dengan anggun gunung Mandalawangi yang juga menjadi batas alami kabupaten Bandung dan kabupaten Garut, di sekelilingnya berserak bukit – bukit kecil laksana bukit Teletubbies di serial anak – anak. Hanya satu yang cukup mengganggu semua keindahan di sini, adalah tempat pengolahan kotoran sapi yang banyak terdapat di pinggir – pinggir jalan membuat pandangan menjadi sedikit “sareukseuk” dan bau yang menyeruak membuat nafas terganggu, apalagi ketika kita sedang terengah – engah mengayuh pedal, pastilah akan sangat membuat kita tidak nyaman. Perjalanan masih menyisakan sekitar 2 km lagi untuk menuju titik finish , namun untuk menuju ke sana saya harus menghadapi beberapa tanjakan dan turunan. Titik finish  jalur ini adalah sebuah tempat yang banyak terdapat warung, berada di ujung sebuah turunan, dari sana jalan akan sepenuhnya menurun hingga ke kampung ke Rancasalak – Kadungora kabupaten Garut.


Titik tertinggi jalur uphill cijapati berlatar Gn Mandalawangi

Tanjakan terakhir sebelum finish


Sambil beristirahat di sebuah warung dan menikmati panorama alam Cijapati kita bisa menentukan arah pulang yang akan dituju. Kembali ke arah kita naik tadi dan menuju jalan raya Cicalengka - Majalaya, atau melanjutkan perjalanan menempuh jalan menurun menuju Kadungora. Saya mengambil opsi pertama saja, kembali ke jalan raya Cicalengka – Majalaya.

Titik finish dan turunan menuju Kadungora Garut

Sedikit info bagi yang ingin mencicipi jalur ini, ada beberapa alternatif rute yang bisa dicoba selain jalur yang saya paparkan tadi di atas. Bagi yang ingin menambah porsi gowesnya, perjalanan bisa dilanjutkan hingga ke Kadungora dan menuju Bandung dengan melalui jalan Lingkar Nagreg. Atau apabila ingin merasakan sensasi tanjakan Cijapati yang lebih “pedas”, ada dua pilihan lagi yang bisa diambil, yang pertama adalah menuju Cijapati dengan menempuh jalur Rancaekek – Nagreg – Kadungora – Rancasalak, dan satu lagi adalah setelah sampai pertigaan Rancasalak - Kadungora kita memutar balik dan kembali lagi menyusuri jalur sebelumnya dan langsung mencicipi tanjakan Kopi Rancasalak yang sudah cukup melegenda, disambung dengan tanjakan lainnya yang tidak kalah curam hingga menuju warung – warung tempat saya mengakhiri trip ini. Pilihan ada di betis dan dengkul anda,  pilihlah rute yang paling sesuai dengan kemampuan fisik anda, salam gowes.  


Dimuat di harian PR edisi 11 Januari 2015



6 comments:

  1. Alhamdulillah...hari minggu kmrn saya berhasil mencoba jalur ini dari jatinangor ke cipanas garut dan lgs kembali lewat lingkar nagreg...pemandangannya kereen, menghapus semua kelelahan di cijapati tp pulangnya...masyaalllah, nanjak di lingkar nagreg sangat menguras tenaga yang tinggal sisa2...

    ReplyDelete
  2. aku arep jajal cijapati kamis mas

    ReplyDelete
  3. pernah lewat cipajati .. sudah lama bangettt .. naik mobil, lihat foto2nya beda banget. Pengen juga nyobain gowes kesini ..

    ReplyDelete
  4. terima kasih sudah mampir di blog saya,iya memang jalur cijapati meskipun tanjakannya relatif tidak terlalu berat dibandingkan dengan trek uphill lain di bandung, tp tetap mampu membuat lutut kita goyah ketika melewatinya hehe,,,

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah....saya ke cjapati dan kali ini lewat yg lebih " pedas "...tanjakan kopi !! ...ampuun tenaan, bbrp kali saya hrs mengatur irama jantung yg mau copot...terimakasih infonya.

    ReplyDelete
  6. Insya Allah mo nyobain ...makasih infonya

    ReplyDelete